Kehidupan Malam Jalanan Jogja
Pernah
suatu malam ketika aku bersama kawan kawan seperjuangan begadang dan gila
gilaan semalam suntuk. Ketika itu aku masih mahasiswa semester muda yang
notabene masih sering dan seneng nglayab. Oiya aku kuliah di salah satu
perguruan tinggi negeri di Jogja, Universitas Negeri Yogyakarta tepatnya. Aku
disana ambil prodi Fisika. Aku juga termasuk anak nakal tapi nakalnya bukan
yang ugal ugalan kayak preman. Yang namanya cowok kalo udah nongkrong sama geng
mainnya ya udah deh nggak bisa diganggu gugat, tapi ngobrolnya cowok sama cewek
beda lho yaa, yang jelas bukan gossip he he he. Lanjut aja waktu malam itu
disebuah tempat kopi kami nongkrong, dan waktu hampir menunjukkan jam 12 malam.
Bosen juga Cuma nongkrong di situ situ terus, dan akhirnya kami mencari tempat
lain. Dan disepanjang jalan, ketika traffic light memancarkan lampu warna merah
aku berhenti sejenak. Disitulah mataku tertuju pada sebuah trotoar di depan toko
kecil yang sangat sepi, entah apa yang aku rasakan saat itu, aku ingin
menangis, di trotoar tersebut terlihat 3 orang yang sedang mengais ngais sisa
makanan di dalam tong sampah yang disampingnya itu adalah toko makanan.
Seketika aku memperlihatkan mereka yang dengan baju yang sudah tak layak pakai
mencai sisa sisa makanan yang dibuang di tempat sampah tengah malam yang sangat
sunyi sepi. Miris sekali aku melihatnya. Di tengah kota yang sangat berkembang
ini ternyata masih banyak saudara kita yang sangat sangat memerlukan bantuan
kita. Ingin kakiku melangkah kearahnya dan ingin kuulurkan tanganku untuk
mereka tapi apadaya aku juga tak bisa membantunya. Dan ketika kami telah sampai
di tempat yang baru untuk nongkrong aku masih teringat kejadian tadi yang
memang membuat hatiku seperti teriris iris melihatnya. Pernah juga suatu ketika
waktu aku dengan keluargaku melakukan perjalanan ke tempat nenek di Klaten,
rumahku ada di Kabupaten Banyumas yang notabene jika ke Klaten pasti melewati
Kota Jogja. Pada saat itu kami sekeluarga berangkat dari rumah setelah bada’
isya dan ketika melewati kota Jogja tentu sudah larut malam. Ketika kami
melewati kota itu kembali lagi lagi di perempatan lampu merah ada seorang ibu
ibu paruh baya menggendong anaknya meminta minta saat lampu merah sedang
menyala. Tragis dan miris rasanya, Disebuah bangjo kami berhenti yang juga
kebetulan terkena lampu merah. Dan pengemis itupun mendekati mobil kami dan
mengadahan tangannya kearah kaca mobil. Seketika itu kembali mataku tak kuasa
untuk meneteskan air mata. Kubuka kaca mobil dan aku berbisik kepada ibuku
meminta sedikit uang untuk pengemis itu dan memberikan separuh makanan yang
kami bawa untuknya. Begitu bahagianya mereka dengan apa yang sedikit kami
berikan. Traffic light menunjukkan warna hijau dan kami harus melanjutkan
perjalanan. Setelah dari bangjo itu aku tanpa sadar meneteskan air mata. Dan
sepanjang jalan terlintas juga banyak gelandangan gelandangan mencari makan di
tengah malam. Di Kota yang istimewa ini kenapa masih banyak saudara kita yang terlantar
??? Sebenarnya siapa yang salah ?? Mungkin itu semua bisa jadi pelajaran buat
kita semua agar kita harus tetap bersyukur atas apa yang telah kita dapatkan.
Masih banyak saudara kita yang kurang beruntung. Buka mata, buka hati, ulurkan
tangan untuk mereka. Jangan beranggapan jika kita membantu mereka bukan karena
kita punya, tetapi bayangkan saja jika kita sedang dalam keadaan sulit yang
benar benar membutuhkan bantuan orang lain.
- R.Y.K -
Komentar
Posting Komentar